Aksi teror kembali mengguncang Indonesia. pagi, sejumlah umat Kristiani yang tengah melaksanakan ibadah di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, tiba-tiba dikagetkan dengan tamu tak diundang pembawa bom. Sontak jemaat berhamburan ke luar gedung. Beruntung bom itu tidak meledak, hanya mengeluarkan percikan api.
Aksi nekat yang dilakukan pemuda bernama Ivan Armadi Hasugihan (18) ini, terjadi ketika pastor sedang khutbah di mimbar. Tiba-tiba ia menyelinap masuk dan langsung melakukan serangan ke pastor Albret S. Pandingan. Pelaku sempat melukai pastor dengan pisau, sehingga mengalami luka tusuk di lengan kirinya. Belum diketahui motifnya.
BERITA REKOMENDASI
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafly Amar mengatakan, pelaku bom bunuh diri diketahui mengincar seorang pastor yang saat itu sedang berkhutbah. Kendati demikian, Boy belum dapat memastikan apa motifnya. Polisi masih melakukan pemeriksaan mendalam ke pelaku.
Awas SARA
Ketua Pusat Kajian Deradikalisasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Ansari Yamamah, menilai teror yang terjadi di gereja ini patut diwaspadai sebagai bentuk provokasi yang melabelkan tindakan bernuansa keagamaan dan SARA.
Menurutnya, tak biasa jika pelaku bom membawa identitas pengenalnya. Hal ini dianggap sesuatu yang tak lazim. Harus ada pengecekan yang lebih mendalam. Polisi harus memastikan motif yang mendorong pelaku melakukan aksi ini.
Karena itu, jangan sampai ini menimbulkan semacam masalah baru. Jangan sampai masyarakat terpancing dengan peristiwa ini.
Apalagi,menurutnya, Sumut adalah kunci kerukunan di Indonesia. Maka itu, perlu diusut tuntas agar terbuka apa yang berada di balik peristiwa ini. Semua pihak perlu menjaga kerukunan di Sumut yang sangat baik hari ini.
"Kita sudah dipancing dengan peristiwa Tanjungbalai. Masyarakat harus tetap tenang. Sumut harus tegar dan tidak mudah terpancing. Rasa kebersamaan harus dibangun untuk menjaga daerah kita tetap kondusif," tuntasnya.
Menambah Rentetan Peristiwa
Apa yang terjadi di tempat peribadatan di Medan itu, menambah rentetan panjang teror bom yang ada di Indonesia, dimana bangsa ini setiap tahun menjadi langganan teror bom, yang dimulai sejak tahun 2000. Waktu itu, pertama kali bom menghujam Kedutaan Besar Filipina. Sebuah bom mobil meledak di depan rumah Duta Besar Filipina. Dua orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka.
Dari peristiwa tersebut, hampir setiap tahun hingga 2016 ini teror bom di negeri ini tak pernah berhenti. Bahkan, korban terbesar terjadi di lokasi wisata Bali. 202 orang tewas, termasuk 88 diantaranya wisatawan asing yang tengah berlibur.
Sedangkan selama 2016 ini, teror bom sudah terjadi tiga kali. Diawali pada 14 Januari 2016, sebuah bom diledakan di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta. Sembilan orang tewas termasuk dua diantaranya adalah pelaku pengeboman, dan satu polisi lalu lintas.
Setelah itu pada Juli 2016, menjelang Hari Raya Idul Fitri, bom bunuh diri meledak di Mapolresta Solo yang menewaskan Nur Rohman dan melukai satu anggota polisi, dan ketiga yang baru saja terjadi percobaan bom bunuh diri di salah satu gereja di Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar